tag:blogger.com,1999:blog-54711747402015405622024-02-08T10:43:37.774-08:00kumpulan dongeng anak-anakAl-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-5471174740201540562.post-20544970621280880412011-10-16T19:14:00.000-07:002011-10-16T19:15:19.698-07:00Kerbau Besar dan Buaya<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">Seekor buaya yang tertindih batang pohon gaharu di pinggir sungai berteriak-teriak minta tolong. Seekor Kerbau raksasa tinggi besar yang sedang jalan-jalan sore mendengar teriakannya dan kemudian menolongnya. Tak disangka-sangka setelah ditolong, Si Buaya justru menggigit kakinya. Diemutnya kaki kerbau yang berukuran dua kali kerbau biasa itu, siap untuk ditarik ke dasar sungai. Pada saat genting itu muncullah Keledai Putih yang mampir untuk berendam di pinggir sungai.<br /><div style="text-align: justify; "><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Kerbau minta keadilan pada si Keledai Putih yang membawa beban berupa garam itu. Keledai Putih tertawa dan menyatakan bahwa sudah pada tempatnya orang mendapat balasan sesuai kepandaiannya. Keledai itu malahan sibuk membanggakan dirinya yang membawa muatan garam dan bebannya menjadi ringan karena sebagian besar garam larut terbawa air sungai saat dia berendam. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Sebaliknya ditolol-tololkannya temannya si Keledai Hitam. Ditunjukkannya si Keledai Hitam yang berjalan terbungkuk-bungkuk meringis kepayahan di atas tebing sungai karena ikut-ikutan berendam bersama si Keledai Putih. Keledai hitam membawa muatan kapas, sehingga sehabis berendam bebannya justru menjadi sangat berat akibat kapas yang menyerap air. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Sementara Keledai Putih sambil tertawa-tawa bisa meloncat-loncat ringan setelah muatan garamnya larut terbawa air sungai. Sambil bersiul-siul Keledai Putih berlalu meninggalkan Kerbau dan Buaya. Dunia serasa begitu keras bagi Si Kerbau.</span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">^_^</span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Kerbau menatap sedih kakinya yang mulai berdarah akibat Si Buaya mengeratkan gigitannya. Pada saat itu muncullah Sang Kancil yang bijak. Kerbau dengan penuh harap meminta keadilan pada Sang Kancil. Sementara Buaya bertekad untuk tidak akan mendengarkan apapun kata Sang Kancil. Diingatnya petuah-petuah para seniornya tentang betapa bangsa buaya berkali-kali dipecundangi binatang mungil itu. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Tak ada yang lebih menakutkan Buaya daripada isi kepala Sang Kancil yang cerdas. Buaya waspada. Dia tak akan mau bila disuruh mengulang kejadian dirinya tertindih batang pohon gaharu karena hal itu pernah dialami seniornya. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Alkisah sekian tahun yang silam Buaya Senior pernah praktek licik serupa terhadap seekor sapi. Buaya Senior tertindih batang kayu, kemudian berteriak-teriak minta tolong. Seekor sapi yang datang untuk menolongnya kemudian malahan digigit kakinya. Sapi berteriak-teriak minta keadilan pada siapapun yang lewat. Teriakan itu mengundang puluhan binatang hutan berkerumun di sekitar Sapi dan Buaya Senior. Sialnya para hadirin itu kemudian memanggil Sang Kancil yang tersohor kebijakannya untuk menegakkan keadilan. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Dibawah pengawasan puluhan pasang mata Si Buaya Senior tak kuasa menolak permintaan Sang Kancil agar dia memperagakan posisi dirinya kala tertindih batang kayu agar dapat dinilai dengan seadil-adilnya. Setelah Si Buaya ditindih kembali dengan batang kayu, mendadak Sang Kancil mengatakan bahwa dirinya butuh waktu seminggu untuk berpikir sebelum mengambil keputusan. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Akibatnya Buaya Senior terpaksa berhari-hari tertindih kayu dalam hujan dan terik matahari yang membakar. Baru menginjak hari ke lima, Si Buaya sudah berteriak-teriak minta dilepaskan dari tindihan kayu. Dia berjanji melepaskan tuntutannya atas tubuh sapi. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Cerita tentang nasib Buaya Senior itulah yang kini menghantui kepalanya. Tak boleh lagi Sang Kancil memperdaya buaya. Tak boleh lagi! Bahkan Si Buaya tiba-tiba saja berminat memakan Sang Kancil. Apa yang lebih membanggakan daripada memakan Sang Kancil, si penakluk buaya nomor satu. Pasti namanya akan segera harum semerbak di dunia buaya. Pasti dirinya akan dikenang sebagai buaya hebat sepanjang masa.</span><br /></div><br /></span>Al-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5471174740201540562.post-52888605309573917702011-10-16T18:55:00.000-07:002011-10-16T18:56:09.691-07:00Kancil, Kerbau dan Buaya<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Trebuchet MS', Trebuchet, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19px; background-color: rgb(255, 255, 255); ">S<span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">ang Kancil mendekat dan menawarkan diri untuk menggantikan posisi Kerbau. Bukan main girang hati Buaya mendengarnya. Pucuk dicinta ulam yang tiba. Sang Kancil yang tersohor-lah yang bakalan menjadi santapannya. Santapan penuh gengsi dan reputasi di dunia buaya. Buaya melepaskan gigitannya pada kaki Kerbau dan cepat cepat menyambar kaki Sang Kancil yang diam saja ketika digigit. Diemutnya kaki Sang Kancil dan rasa gurih daging kancil sudah membayang dilidahnya. </span><br /><div style="text-align: justify; "><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Kerbau yang lepas dari Si Buaya tampak tertegun melihat Sang Kancil menggantikan posisinya. Bagaimana mungkin dia meninggalkan seseorang yang telah berkorban untuk dirinya. Bagaimana mungkin dia membiarkan keselamatannya ditebus dengan darah penolongnya. Pada saat si Kerbau raksasa sedang kebingungan, tiba-tiba Sang Kancil dengan tenang berkata:</span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">“Kerbau yang baik, mengapa engkau diam saja?. Tubuhmu besar, kakimu kuat dan tenagamu besar. Kau bisa melumatkan buah-buahan hutan dengan injakan kakimu. Tunggu apalagi? Aku telah menyerahkan tubuhku pada Buaya, kini giliranmu melepaskan aku dari Buaya dengan kaki-kakimu yang kuat”</span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Mendadak Kerbau sadar akan kekuatan dirinya. Dia sadar betapa tenaganya adalah salah satu yang terbesar di hutan ini. Tak ada yang lebih menyenangkan saat ini daripada menggunakannya untuk menginjak Buaya sekuat tenaga. Kerbau mengangkat kedua kaki depannya tinggi-tinggi dan kemudian secepat kilat menjatuhkannya sekuat tenaga ke punggung Buaya. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Buaya yang pucat pasi melihat Kerbau mengangkat kakinya tinggi-tinggi berusaha secepatnya menarik Sang Kancil ke tengah sungai. Namun apa daya – Kerbau jauh lebih cepat. Dengan auman keras yang membelah langit -- kaki Kerbau dengan telak mendarat di punggung Buaya. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Terdengar bunyi berdebam saat kaki Kerbau menabrak punggung buaya hingga melesak jauh ke dasar lumpur sungai. Saking kerasnya tubrukan kaki Sang Kerbau, sampai-sampai tubuh Si Buaya membentuk huruf U, dengan buntut dan kaki bertemu di udara. Sang Kancil pun dapat terlepas dari Buaya. Sampai berbulan-bulan kemudian tubuh Si Buaya masih membentuk huruf U hingga menjadi bahan pembicaraan seluruh hutan. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">^_^</span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Kerbau sangat berterimakasih pada Sang Kancil yang telah menolongnya. Namun Sang Kancil dengan halus mengatakan bahwa Kerbau telah menolong dirinya sendiri. Kancil hanyalah sekedar membangkitkan kekuatan yang sebenarnya telah ada dalam diri Kerbau. Setelah kekuatan itu bangkit ternyata Kerbau mampu menaklukkan Si Buaya tanpa bantuan Kancil. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Sementara di atas tebing sungai tampak Pedagang sedang marah-marah pada Keledai Putih si pembawa garam. Barang dagangan berupa garam yang hanyut telah menimbulkan kerugian bagi dirinya. Juga Si pedagang terancam kehilangan pelanggan bila tak mampu menyetor garam dengan jumlah sesuai yang telah disepakati dengan pelanggan. </span><br /><br /><span style="font-family: 'trebuchet ms'; ">Untuk menghindari hal tersebut si pedagang memutuskan untuk menitipkan Keledai Hitam pada penduduk desa, sementara dirinya akan membawa Si Keledai Putih untuk kembali ke desa nelayan untuk membeli garam. Dia akan kembali memenuhi beban Keledai putih dengan garam-garam baru yang dibeli dari petani untuk memuaskan pelanggannya.</span><br /></div><div><span style="font-family: 'trebuchet ms'; "><br /></span></div></span>Al-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5471174740201540562.post-65888202043559225692011-10-13T02:28:00.001-07:002011-10-13T02:28:30.365-07:00Kura-Kura dan Itik<p style="margin:0in;margin-bottom:.0001pt;line-height:14.25pt"><span style="font-size:9.0pt;font-family:"Verdana","sans-serif";color:#272727; background:white">Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha. Ada yang mengatakan bahwa dewa Jupiter telah menghukum kura-kura karena kura-kura tersebut sangat malas dan lebih senang tinggal di rumah dan tidak pergi ke pesta pernikahan dewa Jupiter, walaupun dewa Jupiter telah mengundangnya secara khusus.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin:0in;margin-bottom:.0001pt;line-height:14.25pt"><span style="font-size:9.0pt;font-family:"Verdana","sans-serif";color:#272727; background:white">Setelah bertahun-tahun, si kura-kura mulai berharap agar suatu saat dia bisa menghadiri pesta pernikahan. Ketika dia melihat burung-burung yang beterbangan dengan gembira di atas langit dan bagaimana kelinci dan tupai dan segala macam binatang dengan gesit berlari, dia merasa sangat ingin menjadi gesit seperti binatang lain. Si kura-kura merasa sangat sedih dan tidak puas. Dia ingin melihat dunia juga, tetapi dia memiliki rumah pada punggungnya dan kakinya terlalu kecil sehingga harus terseret-seret ketika berjalan.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin:0in;margin-bottom:.0001pt;line-height:14.25pt"><span style="font-size:9.0pt;font-family:"Verdana","sans-serif";color:#272727; background:white">Suatu hari dia bertemu dengan sepasang itik dan menceritakan semua masalahnya.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin:0in;margin-bottom:.0001pt;line-height:14.25pt"><span style="font-size:9.0pt;font-family:"Verdana","sans-serif";color:#272727; background:white">"Kami dapat menolongmu untuk melihat dunia," kata itik tersebut. "Berpeganglah pada kayu ini dengan gigimu dan kami akan membawamu jauh ke atas langit dimana kamu bisa melihat seluruh daratan di bawahmu. Tetapi kamu harus diam dan tidak berbicara atau kamu akan sangat menyesal."<o:p></o:p></span></p> <p style="margin:0in;margin-bottom:.0001pt;line-height:14.25pt"><span style="font-size:9.0pt;font-family:"Verdana","sans-serif";color:#272727; background:white">Kura-kura tersebut sangat senang hatinya. Dia cepat-cepat memegang kayu tersebut erat-erat dengan giginya, sepasang itik tadi masing-masing menahan kedua ujung kayu itu dengan mulutnya, dan terbang naik ke atas awan.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin:0in;margin-bottom:.0001pt;line-height:14.25pt"><span style="font-size:9.0pt;font-family:"Verdana","sans-serif";color:#272727; background:white">Saat itu seekor burung gagak terbang melintasinya. Dia sangat kagum dengan apa yang dilihatnya dan berkata:<o:p></o:p></span></p> <p style="margin:0in;margin-bottom:.0001pt;line-height:14.25pt"><span style="font-size:9.0pt;font-family:"Verdana","sans-serif";color:#272727; background:white">"Kamu pastilah Raja dari kura-kura!"<o:p></o:p></span></p> <p style="margin:0in;margin-bottom:.0001pt;line-height:14.25pt"><span style="font-size:9.0pt;font-family:"Verdana","sans-serif";color:#272727; background:white">"Pasti saja......" kura-kura mulai berkata.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin:0in;margin-bottom:.0001pt;line-height:14.25pt"><span style="font-size:9.0pt;font-family:"Verdana","sans-serif";color:#272727; background:white">Tetapi begitu dia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata tersebut, dia kehilangan pegangan pada kayu tersebut dan jatuh turun ke bawah, dimana dia akhirnya terbanting ke atas batu-batuan yang ada di tanah.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin:0in;margin-bottom:.0001pt;line-height:14.25pt"><em><span style="font-size:9.0pt;font-family:"Verdana","sans-serif";color:#272727; background:white">Rasa ingin tahu yang bodoh dan kesombongan sering menyebabkan kesialan.</span></em><span style="font-size:9.0pt;font-family:"Verdana","sans-serif"; color:#272727;background:white"><o:p></o:p></span></p>Al-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5471174740201540562.post-36475148532421644702011-10-13T02:16:00.001-07:002011-10-13T02:16:37.692-07:00Anak Kambing dan Srigala<span class="Apple-style-span" style="color: rgb(39, 39, 39); font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; background-color: rgb(255, 255, 255); "><center style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; "><h2 class="cerpenTitleBig" style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 5px; padding-right: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 0px; color: rgb(140, 182, 49); font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-weight: 700; font-size: 24px; ">Anak Kambing dan Serigala</h2><h3 style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 5px; padding-right: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 0px; color: rgb(140, 182, 49); font: normal normal bold 150%/normal Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; "><a class="a_writerName" href="http://www.ceritakecil.com/penulis-dan-pengarang-cerita/Aesop-3" style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 5px; padding-right: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 0px; color: rgb(236, 77, 0); text-decoration: none; font-size: 12px; ">Aesop</a></h3></center><br /><br /><div id="readerDisplay" style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-size: 1em; line-height: 1.6em; "><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Seekor anak kambing yang sangat lincah telah ditinggalkan oleh penggembalanya di atas atap jerami kandang untuk menghindari anak kambing itu dari bahaya. Anak kambing itu mencari rumput di pinggir atap, dan saat itu dia melihat seekor serigala dan memandang serigala itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh kemenangan, dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala, tetapi karena dia merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke atas atap dan menangkapnya, timbullah keberaniannya untuk mengejek.<br /><br />Serigala itupun menatap anak kambing itu dari bawah, "Saya mendengarmu," kata sang Serigala, "dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu lakukan ketika kamu diatas sana, karena itu adalah atap yang berbicara dan bukan kamu."<br /><br /><em style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; ">Jangan kamu berkata sesuatu yang tidak kamu ingin katakan terus menerus</em></p></div></span>Al-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5471174740201540562.post-10127910300027697002011-10-11T02:26:00.000-07:002011-10-11T02:27:10.657-07:00Burung Gagak dan Sebuah Kendi<span class="Apple-style-span" style="color: rgb(39, 39, 39); font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; background-color: rgb(255, 255, 255); "><div id="readerDisplay" style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-size: 1em; line-height: 1.6em; "><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; "><em style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; ">Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.</em></p><div><em style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; ">ga</em></div></div></span>Al-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5471174740201540562.post-77198970623944691602011-10-11T02:23:00.001-07:002011-10-11T02:23:58.684-07:00Keledai dan Garam Muatannya<span class="Apple-style-span" style="color: rgb(39, 39, 39); font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; background-color: rgb(255, 255, 255); "><div id="readerDisplay" style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-size: 1em; line-height: 1.6em; "><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Seorang pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; "><em style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; ">Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.</em></p></div><br /><div class="ornamentDown" style="margin-top: 0px; margin-right: auto; margin-bottom: 0px; margin-left: auto; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; width: 220px; height: 22px; background-image: url(http://www.ceritakecil.com/images/styles/ornamentContent.png); background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; background-color: initial; background-position: 0px -56px; background-repeat: no-repeat no-repeat; "></div></span>Al-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5471174740201540562.post-4103234855685521652011-10-11T02:20:00.001-07:002011-10-11T02:20:35.676-07:007 BURUNG GAGAK<span class="Apple-style-span" style="color: rgb(39, 39, 39); font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; background-color: rgb(255, 255, 255); "><div id="readerDisplay" style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-size: 1em; line-height: 1.6em; "><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Dahulu, ada seorang laki-laki yang memiliki tujuh orang anak laki-laki, dan laki-laki tersebut belum memiliki anak perempuan yang lama diidam-idamkannya. Seriiring dengan berjalannya waktu, istrinya akhirnya melahirkan seorang anak perempuan. Laki-laki tersebut sangat gembira, tetapi anak perempuan yang baru lahir itu sangat kecil dan sering sakit-sakitan. Seorang tabib memberitahu laki-laki tersebut agar mengambil air yang ada pada suatu sumur dan memandikan anak perempuannya yang sakit-sakitan dengan air dari sumur itu agar anak tersebut memperoleh berkah dan kesehatan yang baik. Sang ayah lalu menyuruh salah seorang anak laki-lakinya untuk mengambil air dari sumur tersebut. Enam orang anak laki-laki lainnya ingin ikut untuk mengambil air dan masing-masing anak laki-laki itu sangat ingin untuk mendapatkan air tersebut terlebih dahulu karena rasa sayangnya terhadap adik perempuan satu-satunya. Ketika mereka tiba di sumur dan semua berusaha untuk mengisi kendi yang diberikan kepada mereka, kendi tersebut jatuh ke dalam sumur. Ketujuh anak laki-laki tersebut hanya terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengambil kendi yang jatuh, dan tak satupun dari mereka berani untuk pulang kerumahnya.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Ayahnya yang menunggu di rumah akhirnya hilang kesabarannya dan berkata, "Mereka pasti lupa karena bermain-main, anak nakal!" Karena takut anak perempuannya bertambah sakit, dia lalu berteriak marah, "Saya berharap anak laki-lakiku semua berubah menjadi burung gagak." Saat kata itu keluar dari mulutnya, dia mendengar kepakan sayap yang terbang di udara, sang Ayah lalu keluar dan melihat tujuh ekor burung gagak hitam terbang menjauh. Sang Ayah menjadi sangat menyesal karena mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu bagaimana membatalkan kutukan itu. Tetapi walaupun kehilangan tujuh orang anak laki-lakinya, sang Ayah dan Ibu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan anak perempuannya berangsur-angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut tumbuh menjadi gadis yang cantik.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Gadis itu tidak pernah mengetahui bahwa dia mempunyai tujuh orang kakak laki-laki karena orangtuanya tidak pernah memberitahu dia, sampai suatu hari secara tidak sengaja gadis tersebut mendengar percakapan beberapa orang, "Gadis tersebut memang sangat cantik, tetapi gadis tersebut harus disalahkan karena mengakibatkan nasib buruk pada ketujuh saudaranya." Gadis tersebut menjadi sangat sedih dan bertanya kepada orangtuanya tentang ketujuh saudaranya. Akhirnya orangtuanya menceritakan semua kejadian yang menimpa ketujuh saudara gadis itu. Sang Gadis menjadi sangat sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh saudaranya secara diam-diam. Dia tidak membawa apapun kecuali sebuah cincin kecil milik orangtuanya, sebuah roti untuk menahan lapar dan sedikit air untuk menahan haus.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Gadis tersebut berjalan terus, terus sampai ke ujung dunia. Dia menemui matahari, tetapi matahari terlalu panas, lalu dia kemudian menemui bulan, tetapi bulan terlalu dingin, lalu dia menemui bintang-bintang yang ramah kepadanya. Saat bintang fajar muncul, bintang tersebut memberikan dia sebuah tulang ayam dan berkata, "Kamu harus menggunakan tulang ini sebagai kunci untuk membuka gunung yang terbuat dari gelas, disana kamu akan dapat menemukan saudara-saudaramu.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Gadis tersebut kemudian mengambil tulang tersebut, menyimpannya dengan hati-hati di pakaiannya dan pergi ke arah gunung yang di tunjuk oleh bintang fajar. Ketika dia telah tiba di gunung tersebut, dia baru sadar bahwa tulang untuk membuka kunci gerbang gunung telah hilang. Karena dia berharap untuk menolong ketujuh saudaranya, maka sang Gadis lalu mengambil sebilah pisau, memotong jari kelinkingnya dan meletakkannya di depan pintu gerbang. Pintu tersebut kemudian terbuka dan sang Gadis dapat masuk kedalam, dimana seorang kerdil menemuinya dan bertanya kepadanya, "Anakku, apa yang kamu cari?" "Saya mencari tujuh saudaraku, tujuh burung gagak," balas sang Gadis. Orang kerdil tersebut lalu berkata, "Tuanku belum pulang ke rumah, jika kamu ingin menemuinya, silahkan masuk dan kamu boleh menunggunya di sini." Lalu orang kerdil tersebut menyiapkan makan siang pada tujuh piring kecil untuk ketujuh saudara laki-laki sang Gadis yang telah menjadi burung gagak. Karena lapar, sang Gadis mengambil dan memakan sedikit makanan yang ada pada tiap-tiap piring dan minum sedikit dari tiap-tiap gelas kecil yang ada. Tetapi pada gelas yang terakhir, dia menjatuhkan cincin milik orangtuanya yang dibawa bersamanya.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Tiba-tiba dia mendengar kepakan sayap burung di udara, dan saat itu orang kerdil itu berkata, "Sekarang tuanku sudah datang." Saat ketujuh burung gagak akan mulai makan, mereka menyadari bahwa seseorang telah memakan sedikit makanan dari piring mereka. "Siapa yang telah memakan makananku, dan meminum minumanku?" kata salah satunya. Saat burung gagak yang terakhir minum dari gelasnya, sebuah cincin masuk ke mulutnya dan ketika burung tersebut memperhatikan cincin tersebut, burung gagak tersebut berkata, "Diberkatilah kita, saudara perempuan kita yang tersayang mungkin ada disini, inilah saatnya kita bisa terbebas dari kutukan." Sang Gadis yang berdiri di belakang pintu mendengar perkataan mereka, akhirnya maju kedepan dan saat itu pula, ketujuh burung gagak berubah kembali menjadi manusia. Mereka akhirnya berpelukan dan pulang bersama ke rumah mereka dengan bahagia.</p></div><br /></span>Al-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5471174740201540562.post-8654660989072313632011-10-11T02:08:00.000-07:002011-10-11T02:09:00.613-07:00Pemerah Susu dan Embernya<span class="Apple-style-span" style="color: rgb(39, 39, 39); font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; background-color: rgb(255, 255, 255); "><div id="readerDisplay" style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; font-size: 1em; line-height: 1.6em; "><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Seorang wanita pemerah susu telah memerah susu dari beberapa ekor sapi dan berjalan pulang kembali dari peternakan, dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">"Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!"</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; ">Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta kebanggaannya.</p><p style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 2px; padding-right: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 0px; "><em style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; ">Jangan menghitung ayam yang belum menetas.</em></p></div><br /></span>Al-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5471174740201540562.post-54390212767739336372011-10-09T06:20:00.000-07:002011-10-09T06:21:14.642-07:00Putri Melati WangiDi sebuah kerajaan, ada seorang putri yang bernama Melati Wangi. Ia seorang putri yang<br />cantik dan pandai. Di rumahnya ia selalu menyanyi. Tetapi sayangnya ia seorang yang<br />sombong dan suka menganggap rendah orang lain. Di rumahnya ia tidak pernah mau jika<br />disuruh menyapu oleh ibunya. Selain itu ia juga tidak mau jika disuruh belajar memasak.<br />"Tidak, aku tidak mau menyapu dan memasak nanti tanganku kasar dan aku jadi kotor",<br />kata Putri Melati Wangi setiap kali disuruh menyapu dan belajar memasak.<span class="fullpost"><br />Sejak kecil Putri Melati Wangi sudah dijodohkan dengan seorang pangeran yang bernama<br />Pangeran Tanduk Rusa. Pangeran Tanduk Rusa adalah seorang pangeran yang tampan dan<br />gagah. Ia selalu berburu rusa dan binatang lainnya tiap satu bulan di hutan. Karena itu ia<br />dipanggil tanduk rusa.<br />Suatu hari, Putri Melati Wangi berjalan-jalan di taman. Ia<br />melihat seekor kupu-kupu yang cantik sekali warnanya. Ia<br />ingin menangkap kupu-kupu itu tetapi kupu-kupu itu segera<br />terbang. Putri Melati Wangi terus mengejarnya sampai ia<br />tidak sadar sudah masuk ke hutan. Sesampainya di hutan,<br />Melati Wangi tersesat. Ia tidak tahu jalan pulang dan<br />haripun sudah mulai gelap.<br />Akhirnya setelah terus berjalan, ia menemukan sebuah gubuk yang biasa digunakan para<br />pemburu untuk beristirahat. Akhirnya Melati Wangi tinggal digubuk tersebut. Karena<br />tidak ada makanan Putri Melati Wangi terpaksa memakan buah-buahan yang ada di hutan<br />itu. Bajunya yang semula bagus, kini menjadi robek dan compang camping akibat<br />tersangkut duri dan ranting pohon. Kulitnya yang dulu putih dan mulus kini menjadi hitam<br />dan tergores-gores karena terkena sinar matahari dan duri.<br />Setelah sebulan berada di hutan, ia melihat Pangeran Tanduk Rusa datang sambil<br />memanggul seekor rusa buruannya. "Hai Tanduk Rusa, aku Melati Wangi, tolong antarkan<br />aku pulang," kata Melati Wangi. "Siapa? Melati Wangi? Melati wangi seorang Putri yang<br />cantik dan bersih, sedang engkau mirip seorang pengemis", kata Pangeran Tanduk Rusa. Ia<br />tidak mengenali lagi Melati Wangi. Karena Melati Wangi terus memohon, akhirnya<br />Pangeran Tanduk Rusa berkata," Baiklah, aku akan membawamu ke Kerajaan ku".<br />Setelah sampai di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa. Melati Wangi di suruh mencuci,<br />menyapu dan memasak. Ia juga diberikan kamar yang kecil dan agak gelap. "Mengapa<br />nasibku menjadi begini?", keluh Melati Wangi. Setelah satu tahun berlalu, Putri Melati<br />Wangi bertekad untuk pulang. Ia merasa uang tabungan yang ia kumpulkan dari hasil<br />kerjanya sudah mencukupi. Sesampainya di rumahnya, Putri Melati Wangi disambut<br />gembira oleh keluarganya yang mengira Putri Melati Wangi sudah meninggal dunia.<br />Sejak itu Putri Melati Wangi menjadi seorang putri yang rajin.<br />Ia merasa mendapatkan pelajaran yang sangat berharga selama<br />berada di hutan dan di Kerajaan Pangeran Tanduk Rusa.<br />Akhirnya setahun kemudian Putri Melati Wangi dinikahkan<br />dengan Pangeran Tanduk Rusa. Setelah menikah, Putri Melati<br />Wangi dan Pangeran Tanduk Rusa hidup berbahagia sampai hari<br />tuanya.<br /><br /></span>Al-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5471174740201540562.post-64563857148831900492011-10-09T05:59:00.000-07:002011-10-09T06:00:29.590-07:00Kancil Pencuri TimunSiang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh<br />Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang. Tiba-tiba saja<br />mimpi indahnya terputus. "Tolong! Tolong! " terdengar teriakan dan jeritan berulangulang.<br />Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari. "Ada apa, sih?"<br />kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih mengantuk.<span class="fullpost"><br />Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. "Kebakaran!<br />Kebakaran!" teriak Kambing. "Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan!" Memang benar. Asap<br />tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit<br />dan berlari mengikuti teman-temannya.<br />Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun Kancil bertubuh kecil, tapi dia<br />dapat berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari jauh, meninggalkan temantemannya.<br />"Aduh, napasku habis rasanya," Kancil berhenti dengan napas terengah-engah,<br />lalu duduk beristirahat. "Lho, di mana binatang-binatang lainnya?" Walaupun Kancil senang<br />karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. "Wah, aku berada di mana sekarang?<br />Sepertinya belum pernah ke sini." Kancil berjalan sambil mengamati daerah sekitarnya.<br />"Waduh, aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?" Kancil semakin takut dan bingung.<br />"Tuhan, tolonglah aku."<br />Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa terasa, dia<br />tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani. "Ladang sayur dan buahbuahan?<br />Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan," mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh<br />dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali! "Kebetulan nih, aku<br />haus dan lapar sekali," kata Kancil sambil menelan air liurnya. "Tenggorokanku juga terasa<br />kering. Dan perutku keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah."<br />Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan<br />yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia<br />pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal<br />sekali, ya? "Hmm, sedap sekali," kata Kancil sambil<br />mengusap-usap perutnya yang kekenyangan. "Andai setiap<br />hari pesta seperti ini, pasti asyik." Setelah puas, Kancil<br />merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon yang<br />rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk. "Oahem, aku jadi kepingin<br />tidur lagi," kata Kancil sambil menguap. Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur,<br />melanjutkan tidur siangnya yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah,<br />tidurnya begitu pulas, sampai terdengar suara dengkurannya. Krr... krr... krrr...<br />Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. "Wah, pesta berlanjut<br />lagi, nih," kata Kancil pada dirinya sendiri. "Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada<br />buah timun kesukaanku." Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas<br />itu. "Wow, itu dia yang kucari!" seru Kancil gembira. "Hmm, timunnya kelihatan begitu<br />segar. Besar-besar lagi! Wah, pasti sedap nih." Kancil langsung makan buah timun sampai<br />kenyang. "Wow, sedap sekali sarapan timun," kata Kancil sambil tersenyum puas. Hari<br />sudah agak siang. Lalu Kancil kembali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat.<br />Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya. "Wah, ladang timunku kok jadi<br />berantakan-begini," kata Pak Tani geram. "Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama baru yang<br />ganas. Atau mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri timunku?"<br />Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak pohon timun yang rusak karena<br />terinjak-injak. Dan banyak pula serpihan buah timun yang berserakan di tanah. "Hm, awas,<br />ya, kalau sampai tertangkap! " omel Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya. "Panen<br />timunku jadi berantakan." Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya<br />yang berantakan.<br />Dari tempat istirahatnya, Kancil terus memperhatikan Pak Tani itu. "Hmm, dia pasti yang<br />bernama Pak Tani," kata Kancil pada dirinya sendiri. "Kumisnya boleh juga. Tebal,' hitam,<br />dan melengkung ke atas. Lucu sekali. Hi... hi... hi.... Sebelumnya Kancil memang belum<br />pernah bertemu dengan manusia. Tapi dia sering mendengar cerita tentang Pak Tani dari<br />teman-temannya. "Aduh, Pak Tani kok lama ya," ujar Kancil. Ya, dia telah menunggu lama<br />sekali. Siang itu Kancil ingin makan timun lagi. Rupanya dia ketagihan makan buah timun<br />yang segar itu.<br />Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul<br />keranjang berisi timun di bahunya. Dia pulang sambil<br />mengomel, karena hasil panennya jadi berkurang. Dan<br />waktunya habis untuk menata kembali ladangnya yang<br />berantakan. "Ah, akhirnya tiba juga waktu yang<br />kutunggu-tunggu," Kancil bangkit dan berjalan ke ladang.<br />Binatang yang nakal itu kembali berpesta makan timun<br />Pak Tani.<br />Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah-marah melihat ladangnya berantakan lagi.<br />"Benar-benar keterlaluan!" seru Pak Tani sambil mengepalkan tangannya. "Ternyata<br />tanaman lainnya juga rusak dan dicuri." Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak<br />si pencuri. "Hmm, pencurinya pasti binatang," kata Pak Tani. "Jejak kaki manusia tidak<br />begini bentuknya."<br />Pemilik ladang yang malang itu bertekad untuk menangkap si pencuri. "Aku harus membuat<br />perangkap untuk menangkapnya!" Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Setiba di<br />rumahnya, dia membuat sebuah boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia melumuri<br />orang-orangan ladang itu dengan getah nangka yang lengket!<br />Pak Tani kembali lagi ke ladang. Orang-orangan itu dipasangnya di tengah ladang timun.<br />Bentuknya persis seperti manusia yang sedang berjaga-jaga. Pakaiannya yang kedodoran<br />berkibar-kibar tertiup angin. Sementara kepalanya memakai caping, seperti milik Pak<br />Tani.<br />"Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi," ucap Kancil, yang melihat dari kejauhan. "Ia<br />datang bersama temannya. Tapi mengapa temannya diam saja, dan Pak Tani<br />meninggalkannya sendirian di tengah ladang?" Lama sekali Kancil menunggu kepergian<br />teman Pak Tani. Akhirnya dia tak tahan. "Ah, lebih baik aku ke sana," kata Kancil<br />memutuskan. "Sekalian minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu aku<br />malah diberinya timun gratis."<br />"Maafkan saya, Pak," sesal Kancil di depan orang-orangan ladang itu. "Sayalah yang telah<br />mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali. Bapak tidak marah, kan?" Tentu saja<br />orang-orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali Kancil meminta maaf. Tapi orangorangan<br />itu tetap diam. Wajahnya tersenyum, tampak seperti mengejek Kancil.<br />"Huh, sombong sekali!" seru Kancil marah. "Aku minta maaf kok diam saja. Malah<br />tersenyum mengejek. Memangnya lucu apa?" gerutunya. Akhirnya Kancil tak tahan lagi.<br />Ditinjunya orangorangan ladang itu dengan tangan kanan. Buuuk! Lho, kok tangannya tidak<br />bisa ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri. Buuuk! Wah, kini kedua tangannya<br />melekat erat di tubuh boneka itu. "Lepaskan tanganku!" teriak Kancil jengkel. "Kalau<br />tidak, kutendang kau!" Buuuk! Kini kaki si Kancil malah melekat juga di tubuh orangorangan<br />itu. "Aduh, bagaimana ini?"<br />Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. "Nah, ini dia pencurinya!" Pak Tani senang<br />melihat jebakannya berhasil. "Rupanya kau yang telah merusak ladang dan mencuri<br />timunku." Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. "Katanya kancil binatang yang<br />cerdik," ejek Pak Tani. "Tapi kok tertipu oleh orang-orangan ladang. Ha... ha... ha...."<br />Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia dikurung di dalam kandang<br />ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate.<br />"Aku harus segera keluar malam ini juga" tekad Kancil. Kalau tidak, tamatlah riwayatku."<br />Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-manggil Anjing, si<br />penjaga rumah. "Ssst... Anjing, kemarilah," bisik Kancil. "Perkenalkan, aku Kancil. Binatang<br />piaraan baru Pak Tani. Tahukah kau? Besok aku akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di<br />rumah Pak Lurah. Asyik, ya?"<br />Anjing terkejut mendengarnya. "Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah lama ikut Pak<br />Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kau yang diajak." Kancil tersenyum penuh<br />arti. "Yah, terserah kalau kau tidak percaya. Lihat saja besok! Aku tidak bohong!"<br />Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta agar Kancil membujuk<br />Pak Tani untuk mengajaknya pergi ke pesta. "Oke, aku akan berusaha membujuk Pak<br />Tani," janji Kancil. "Tapi malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam.<br />Bagaimana?" Anjing setuju dengan tawaran Kancil. Dia segera membuka gerendel pintu<br />kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat keluar dari kandang. "Terima<br />kasih," kata Kancil sambil menutup kembali gerendel pintu. "Maaf lho, aku terpaksa<br />berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan tolong sampaikan maafku padanya." Kancil<br />segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu baru menyadari<br />kejadian sebenarnya ketika Kancil sudah menghilang.<br />HIKMAH :<br />Kancil yang cerdik, ternyata mudah diperdaya oleh Pak Tani. Itulah sebabnya kita<br />tidak boleh takabur. </span>Al-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5471174740201540562.post-21691309440780742312011-10-09T05:47:00.000-07:002011-10-09T05:54:46.512-07:00Kancil dan TikusDi hutan hiduplah dua ekor kancil. Mereka bernama Kanca dan Manggut. Kedua ekor kancil<br />itu bersaudara. Manggut adalah kakak dari Kanca. Sebaliknya, Kanca adalah adik dari<br />Manggut. Walaupun mereka bersaudara, tetapi sifat mereka sangatlah berbeda. Kanca<br />rajin dan baik hati.<span class="fullpost"><br /> Sedangkan Manggut pemalas dan suka menjahili teman.<br />Suatu hari Manggut kelaparan. Tetapi Manggut malas mencari makan. Akhirnya Manggut<br />mencuri makanan Kanca. Waktu Kanca menanyai kepada Manggut di mana makanannya,<br />Manggut menjawab dicuri tikus.<br />"Ah, mana mungkin dimakan tikus!" kata Kanca.<br />"Iya, kok! Masa sama kakaknya tidak percaya!" jawab Manggut berbohong.<br />Mulanya Kanca tidak percaya dengan omongan Manggut. Tetapi setelah Manggut<br />mengatakannya berkali-kali akhirnya Kanca percaya juga. Kanca memanggil tikus ke<br />rumahnya.<br />"Tikus, apakah kamu mencuri makananku?" tanya Kanca pada tikus.<br />"Ha? Mencuri? Berpikir saja aku belum pernah!" jawab tikus.<br />"Ah, si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong," kata<br />Manggut.<br />"Ya, sudahlah! Tikus, sebagai gantinya ambilkan makanan di seberang sungai sana. Tadi<br />aku juga mengambil makanan dari sana, kok!" kata Kanca mengakhiri percakapan.<br />Tikus berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki perahu kecil untuk menuju seberang sungai.<br />Sebenarnya tikus tahu kalau Manggut yang mencuri makanan. Sementara itu, di bagian<br />sungai yang lain, Manggut cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang<br />perangkap tikus agar tikus terperangkap.<br />Ketika tikus hampir mendekati seberang sungai, tikus melihat<br />perangkap. Tikus yakin kalau perangkap itu dipasang oleh<br />Manggut. Tiba-tiba tikus mendapat ide. Tikus berpura-pura<br />tenggelam dalam sungai.<br />"Aaa...<br />Manggut, tolong aku...!" teriak tikus. Mendengar itu Manggut segera menolong tikus. Tikus<br />meminta Manggut mengantarkannya ke seberang sungai. Manggut tidak bisa berbuat apaapa.<br />Ia mengantarkan tikus ke seberang sungai.<br />Sesampai di seberang sungai tikus meminta Manggut menemani tikus mengambil makanan.<br />Karena Manggut tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus. Manggut<br />menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. <br /></span> <div id="related-posts"> <script src="http://kumpulan-dongeng.blogspot.com/feeds/posts/default/-/binatang?alt=json-in-script&callback=related_results_labels_thumbs&max-results=6" type="text/javascript"></script> <script src="http://kumpulan-dongeng.blogspot.com/feeds/posts/default/-/dalam%20negeri?alt=json-in-script&callback=related_results_labels_thumbs&max-results=6" type="text/javascript"></script> <script src="http://kumpulan-dongeng.blogspot.com/feeds/posts/default/-/dongeng?alt=json-in-script&callback=related_results_labels_thumbs&max-results=6" type="text/javascript"></script> <script src="http://kumpulan-dongeng.blogspot.com/feeds/posts/default/-/petualangan?alt=json-in-script&callback=related_results_labels_thumbs&max-results=6" type="text/javascript"></script> <script type="text/javascript"> var currentposturl="http://kumpulan-dongeng.blogspot.com/2009/09/kancil-dan-tikus.html"; var maxresults=6; var relatedpoststitle="Related Post:"; removeRelatedDuplicates_thumbs(); printRelatedLabels_thumbs(); </script> </div> <span class="post-author vcard"> </span> <span class="post-timestamp"> </span><br /><span class="post-labels"></span>Al-Amanahhttp://www.blogger.com/profile/11083720954248542014noreply@blogger.com0