Minggu, 16 Oktober 2011

Kerbau Besar dan Buaya

Seekor buaya yang tertindih batang pohon gaharu di pinggir sungai berteriak-teriak minta tolong. Seekor Kerbau raksasa tinggi besar yang sedang jalan-jalan sore mendengar teriakannya dan kemudian menolongnya. Tak disangka-sangka setelah ditolong, Si Buaya justru menggigit kakinya. Diemutnya kaki kerbau yang berukuran dua kali kerbau biasa itu, siap untuk ditarik ke dasar sungai. Pada saat genting itu muncullah Keledai Putih yang mampir untuk berendam di pinggir sungai.

Kerbau minta keadilan pada si Keledai Putih yang membawa beban berupa garam itu. Keledai Putih tertawa dan menyatakan bahwa sudah pada tempatnya orang mendapat balasan sesuai kepandaiannya. Keledai itu malahan sibuk membanggakan dirinya yang membawa muatan garam dan bebannya menjadi ringan karena sebagian besar garam larut terbawa air sungai saat dia berendam.

Sebaliknya ditolol-tololkannya temannya si Keledai Hitam. Ditunjukkannya si Keledai Hitam yang berjalan terbungkuk-bungkuk meringis kepayahan di atas tebing sungai karena ikut-ikutan berendam bersama si Keledai Putih. Keledai hitam membawa muatan kapas, sehingga sehabis berendam bebannya justru menjadi sangat berat akibat kapas yang menyerap air.

Sementara Keledai Putih sambil tertawa-tawa bisa meloncat-loncat ringan setelah muatan garamnya larut terbawa air sungai. Sambil bersiul-siul Keledai Putih berlalu meninggalkan Kerbau dan Buaya. Dunia serasa begitu keras bagi Si Kerbau.

^_^

Kerbau menatap sedih kakinya yang mulai berdarah akibat Si Buaya mengeratkan gigitannya. Pada saat itu muncullah Sang Kancil yang bijak. Kerbau dengan penuh harap meminta keadilan pada Sang Kancil. Sementara Buaya bertekad untuk tidak akan mendengarkan apapun kata Sang Kancil. Diingatnya petuah-petuah para seniornya tentang betapa bangsa buaya berkali-kali dipecundangi binatang mungil itu.

Tak ada yang lebih menakutkan Buaya daripada isi kepala Sang Kancil yang cerdas. Buaya waspada. Dia tak akan mau bila disuruh mengulang kejadian dirinya tertindih batang pohon gaharu karena hal itu pernah dialami seniornya.

Alkisah sekian tahun yang silam Buaya Senior pernah praktek licik serupa terhadap seekor sapi. Buaya Senior tertindih batang kayu, kemudian berteriak-teriak minta tolong. Seekor sapi yang datang untuk menolongnya kemudian malahan digigit kakinya. Sapi berteriak-teriak minta keadilan pada siapapun yang lewat. Teriakan itu mengundang puluhan binatang hutan berkerumun di sekitar Sapi dan Buaya Senior. Sialnya para hadirin itu kemudian memanggil Sang Kancil yang tersohor kebijakannya untuk menegakkan keadilan.

Dibawah pengawasan puluhan pasang mata Si Buaya Senior tak kuasa menolak permintaan Sang Kancil agar dia memperagakan posisi dirinya kala tertindih batang kayu agar dapat dinilai dengan seadil-adilnya. Setelah Si Buaya ditindih kembali dengan batang kayu, mendadak Sang Kancil mengatakan bahwa dirinya butuh waktu seminggu untuk berpikir sebelum mengambil keputusan.

Akibatnya Buaya Senior terpaksa berhari-hari tertindih kayu dalam hujan dan terik matahari yang membakar. Baru menginjak hari ke lima, Si Buaya sudah berteriak-teriak minta dilepaskan dari tindihan kayu. Dia berjanji melepaskan tuntutannya atas tubuh sapi.

Cerita tentang nasib Buaya Senior itulah yang kini menghantui kepalanya. Tak boleh lagi Sang Kancil memperdaya buaya. Tak boleh lagi! Bahkan Si Buaya tiba-tiba saja berminat memakan Sang Kancil. Apa yang lebih membanggakan daripada memakan Sang Kancil, si penakluk buaya nomor satu. Pasti namanya akan segera harum semerbak di dunia buaya. Pasti dirinya akan dikenang sebagai buaya hebat sepanjang masa.

Kancil, Kerbau dan Buaya

Sang Kancil mendekat dan menawarkan diri untuk menggantikan posisi Kerbau. Bukan main girang hati Buaya mendengarnya. Pucuk dicinta ulam yang tiba. Sang Kancil yang tersohor-lah yang bakalan menjadi santapannya. Santapan penuh gengsi dan reputasi di dunia buaya. Buaya melepaskan gigitannya pada kaki Kerbau dan cepat cepat menyambar kaki Sang Kancil yang diam saja ketika digigit. Diemutnya kaki Sang Kancil dan rasa gurih daging kancil sudah membayang dilidahnya.

Kerbau yang lepas dari Si Buaya tampak tertegun melihat Sang Kancil menggantikan posisinya. Bagaimana mungkin dia meninggalkan seseorang yang telah berkorban untuk dirinya. Bagaimana mungkin dia membiarkan keselamatannya ditebus dengan darah penolongnya. Pada saat si Kerbau raksasa sedang kebingungan, tiba-tiba Sang Kancil dengan tenang berkata:

“Kerbau yang baik, mengapa engkau diam saja?. Tubuhmu besar, kakimu kuat dan tenagamu besar. Kau bisa melumatkan buah-buahan hutan dengan injakan kakimu. Tunggu apalagi? Aku telah menyerahkan tubuhku pada Buaya, kini giliranmu melepaskan aku dari Buaya dengan kaki-kakimu yang kuat”

Mendadak Kerbau sadar akan kekuatan dirinya. Dia sadar betapa tenaganya adalah salah satu yang terbesar di hutan ini. Tak ada yang lebih menyenangkan saat ini daripada menggunakannya untuk menginjak Buaya sekuat tenaga. Kerbau mengangkat kedua kaki depannya tinggi-tinggi dan kemudian secepat kilat menjatuhkannya sekuat tenaga ke punggung Buaya.

Buaya yang pucat pasi melihat Kerbau mengangkat kakinya tinggi-tinggi berusaha secepatnya menarik Sang Kancil ke tengah sungai. Namun apa daya – Kerbau jauh lebih cepat. Dengan auman keras yang membelah langit -- kaki Kerbau dengan telak mendarat di punggung Buaya.

Terdengar bunyi berdebam saat kaki Kerbau menabrak punggung buaya hingga melesak jauh ke dasar lumpur sungai. Saking kerasnya tubrukan kaki Sang Kerbau, sampai-sampai tubuh Si Buaya membentuk huruf U, dengan buntut dan kaki bertemu di udara. Sang Kancil pun dapat terlepas dari Buaya. Sampai berbulan-bulan kemudian tubuh Si Buaya masih membentuk huruf U hingga menjadi bahan pembicaraan seluruh hutan.

^_^

Kerbau sangat berterimakasih pada Sang Kancil yang telah menolongnya. Namun Sang Kancil dengan halus mengatakan bahwa Kerbau telah menolong dirinya sendiri. Kancil hanyalah sekedar membangkitkan kekuatan yang sebenarnya telah ada dalam diri Kerbau. Setelah kekuatan itu bangkit ternyata Kerbau mampu menaklukkan Si Buaya tanpa bantuan Kancil.

Sementara di atas tebing sungai tampak Pedagang sedang marah-marah pada Keledai Putih si pembawa garam. Barang dagangan berupa garam yang hanyut telah menimbulkan kerugian bagi dirinya. Juga Si pedagang terancam kehilangan pelanggan bila tak mampu menyetor garam dengan jumlah sesuai yang telah disepakati dengan pelanggan.

Untuk menghindari hal tersebut si pedagang memutuskan untuk menitipkan Keledai Hitam pada penduduk desa, sementara dirinya akan membawa Si Keledai Putih untuk kembali ke desa nelayan untuk membeli garam. Dia akan kembali memenuhi beban Keledai putih dengan garam-garam baru yang dibeli dari petani untuk memuaskan pelanggannya.

Kamis, 13 Oktober 2011

Kura-Kura dan Itik

Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha. Ada yang mengatakan bahwa dewa Jupiter telah menghukum kura-kura karena kura-kura tersebut sangat malas dan lebih senang tinggal di rumah dan tidak pergi ke pesta pernikahan dewa Jupiter, walaupun dewa Jupiter telah mengundangnya secara khusus.

Setelah bertahun-tahun, si kura-kura mulai berharap agar suatu saat dia bisa menghadiri pesta pernikahan. Ketika dia melihat burung-burung yang beterbangan dengan gembira di atas langit dan bagaimana kelinci dan tupai dan segala macam binatang dengan gesit berlari, dia merasa sangat ingin menjadi gesit seperti binatang lain. Si kura-kura merasa sangat sedih dan tidak puas. Dia ingin melihat dunia juga, tetapi dia memiliki rumah pada punggungnya dan kakinya terlalu kecil sehingga harus terseret-seret ketika berjalan.

Suatu hari dia bertemu dengan sepasang itik dan menceritakan semua masalahnya.

"Kami dapat menolongmu untuk melihat dunia," kata itik tersebut. "Berpeganglah pada kayu ini dengan gigimu dan kami akan membawamu jauh ke atas langit dimana kamu bisa melihat seluruh daratan di bawahmu. Tetapi kamu harus diam dan tidak berbicara atau kamu akan sangat menyesal."

Kura-kura tersebut sangat senang hatinya. Dia cepat-cepat memegang kayu tersebut erat-erat dengan giginya, sepasang itik tadi masing-masing menahan kedua ujung kayu itu dengan mulutnya, dan terbang naik ke atas awan.

Saat itu seekor burung gagak terbang melintasinya. Dia sangat kagum dengan apa yang dilihatnya dan berkata:

"Kamu pastilah Raja dari kura-kura!"

"Pasti saja......" kura-kura mulai berkata.

Tetapi begitu dia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata tersebut, dia kehilangan pegangan pada kayu tersebut dan jatuh turun ke bawah, dimana dia akhirnya terbanting ke atas batu-batuan yang ada di tanah.

Rasa ingin tahu yang bodoh dan kesombongan sering menyebabkan kesialan.

Anak Kambing dan Srigala

Anak Kambing dan Serigala

Aesop



Seekor anak kambing yang sangat lincah telah ditinggalkan oleh penggembalanya di atas atap jerami kandang untuk menghindari anak kambing itu dari bahaya. Anak kambing itu mencari rumput di pinggir atap, dan saat itu dia melihat seekor serigala dan memandang serigala itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh kemenangan, dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala, tetapi karena dia merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke atas atap dan menangkapnya, timbullah keberaniannya untuk mengejek.

Serigala itupun menatap anak kambing itu dari bawah, "Saya mendengarmu," kata sang Serigala, "dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu lakukan ketika kamu diatas sana, karena itu adalah atap yang berbicara dan bukan kamu."

Jangan kamu berkata sesuatu yang tidak kamu ingin katakan terus menerus

Selasa, 11 Oktober 2011

Burung Gagak dan Sebuah Kendi

Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.

Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.

Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.

ga

Keledai dan Garam Muatannya

Seorang pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal. Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.

Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu.

Pedagang yang merasa marah, kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons. Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air sungai.

Cara yang sama tidak cocok digunakan untuk segala situasi.


7 BURUNG GAGAK

Dahulu, ada seorang laki-laki yang memiliki tujuh orang anak laki-laki, dan laki-laki tersebut belum memiliki anak perempuan yang lama diidam-idamkannya. Seriiring dengan berjalannya waktu, istrinya akhirnya melahirkan seorang anak perempuan. Laki-laki tersebut sangat gembira, tetapi anak perempuan yang baru lahir itu sangat kecil dan sering sakit-sakitan. Seorang tabib memberitahu laki-laki tersebut agar mengambil air yang ada pada suatu sumur dan memandikan anak perempuannya yang sakit-sakitan dengan air dari sumur itu agar anak tersebut memperoleh berkah dan kesehatan yang baik. Sang ayah lalu menyuruh salah seorang anak laki-lakinya untuk mengambil air dari sumur tersebut. Enam orang anak laki-laki lainnya ingin ikut untuk mengambil air dan masing-masing anak laki-laki itu sangat ingin untuk mendapatkan air tersebut terlebih dahulu karena rasa sayangnya terhadap adik perempuan satu-satunya. Ketika mereka tiba di sumur dan semua berusaha untuk mengisi kendi yang diberikan kepada mereka, kendi tersebut jatuh ke dalam sumur. Ketujuh anak laki-laki tersebut hanya terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengambil kendi yang jatuh, dan tak satupun dari mereka berani untuk pulang kerumahnya.

Ayahnya yang menunggu di rumah akhirnya hilang kesabarannya dan berkata, "Mereka pasti lupa karena bermain-main, anak nakal!" Karena takut anak perempuannya bertambah sakit, dia lalu berteriak marah, "Saya berharap anak laki-lakiku semua berubah menjadi burung gagak." Saat kata itu keluar dari mulutnya, dia mendengar kepakan sayap yang terbang di udara, sang Ayah lalu keluar dan melihat tujuh ekor burung gagak hitam terbang menjauh. Sang Ayah menjadi sangat menyesal karena mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu bagaimana membatalkan kutukan itu. Tetapi walaupun kehilangan tujuh orang anak laki-lakinya, sang Ayah dan Ibu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan anak perempuannya berangsur-angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut tumbuh menjadi gadis yang cantik.

Gadis itu tidak pernah mengetahui bahwa dia mempunyai tujuh orang kakak laki-laki karena orangtuanya tidak pernah memberitahu dia, sampai suatu hari secara tidak sengaja gadis tersebut mendengar percakapan beberapa orang, "Gadis tersebut memang sangat cantik, tetapi gadis tersebut harus disalahkan karena mengakibatkan nasib buruk pada ketujuh saudaranya." Gadis tersebut menjadi sangat sedih dan bertanya kepada orangtuanya tentang ketujuh saudaranya. Akhirnya orangtuanya menceritakan semua kejadian yang menimpa ketujuh saudara gadis itu. Sang Gadis menjadi sangat sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh saudaranya secara diam-diam. Dia tidak membawa apapun kecuali sebuah cincin kecil milik orangtuanya, sebuah roti untuk menahan lapar dan sedikit air untuk menahan haus.

Gadis tersebut berjalan terus, terus sampai ke ujung dunia. Dia menemui matahari, tetapi matahari terlalu panas, lalu dia kemudian menemui bulan, tetapi bulan terlalu dingin, lalu dia menemui bintang-bintang yang ramah kepadanya. Saat bintang fajar muncul, bintang tersebut memberikan dia sebuah tulang ayam dan berkata, "Kamu harus menggunakan tulang ini sebagai kunci untuk membuka gunung yang terbuat dari gelas, disana kamu akan dapat menemukan saudara-saudaramu.

Gadis tersebut kemudian mengambil tulang tersebut, menyimpannya dengan hati-hati di pakaiannya dan pergi ke arah gunung yang di tunjuk oleh bintang fajar. Ketika dia telah tiba di gunung tersebut, dia baru sadar bahwa tulang untuk membuka kunci gerbang gunung telah hilang. Karena dia berharap untuk menolong ketujuh saudaranya, maka sang Gadis lalu mengambil sebilah pisau, memotong jari kelinkingnya dan meletakkannya di depan pintu gerbang. Pintu tersebut kemudian terbuka dan sang Gadis dapat masuk kedalam, dimana seorang kerdil menemuinya dan bertanya kepadanya, "Anakku, apa yang kamu cari?" "Saya mencari tujuh saudaraku, tujuh burung gagak," balas sang Gadis. Orang kerdil tersebut lalu berkata, "Tuanku belum pulang ke rumah, jika kamu ingin menemuinya, silahkan masuk dan kamu boleh menunggunya di sini." Lalu orang kerdil tersebut menyiapkan makan siang pada tujuh piring kecil untuk ketujuh saudara laki-laki sang Gadis yang telah menjadi burung gagak. Karena lapar, sang Gadis mengambil dan memakan sedikit makanan yang ada pada tiap-tiap piring dan minum sedikit dari tiap-tiap gelas kecil yang ada. Tetapi pada gelas yang terakhir, dia menjatuhkan cincin milik orangtuanya yang dibawa bersamanya.

Tiba-tiba dia mendengar kepakan sayap burung di udara, dan saat itu orang kerdil itu berkata, "Sekarang tuanku sudah datang." Saat ketujuh burung gagak akan mulai makan, mereka menyadari bahwa seseorang telah memakan sedikit makanan dari piring mereka. "Siapa yang telah memakan makananku, dan meminum minumanku?" kata salah satunya. Saat burung gagak yang terakhir minum dari gelasnya, sebuah cincin masuk ke mulutnya dan ketika burung tersebut memperhatikan cincin tersebut, burung gagak tersebut berkata, "Diberkatilah kita, saudara perempuan kita yang tersayang mungkin ada disini, inilah saatnya kita bisa terbebas dari kutukan." Sang Gadis yang berdiri di belakang pintu mendengar perkataan mereka, akhirnya maju kedepan dan saat itu pula, ketujuh burung gagak berubah kembali menjadi manusia. Mereka akhirnya berpelukan dan pulang bersama ke rumah mereka dengan bahagia.